pic source: pixabay.com |
Setelah minggu lalu menjadi minggu yang paling sibuk, minggu ini menjadi minggu yang sangat menguras emosi dan air mata. Entahlah, saya merasa, minggu terakhir bulan Oktober tahun 2022 ini menjadi minggu yang paling berat di tahun ini.
Baca Juga: A Day in My Life, Selasa 23 Oktober 2022
Disclaimer: tulisan ini berisi full curhat, bagi yang gak berkenan membaca, boleh skip dan pilih tulisan lain yang ada di blog ini (asal jangan langsung closed tab yaa, soalnya si empunya blog sedang butuh views nih, hehehe)
Sejak pulang dari Kendari hari Jumat minggu lalu, keadaan tubuh saya memang udah gak baik-baik aja. Saya diserang flu dan sakit kepala yang lumayan parah. Namun karena harus menyelesaikan tugas yang diamanahkan kepada saya, hari Senin saya paksakan diri masuk kantor, walau memang masuknya udah agak siangan.
Pulang kantor, saya gak bisa istirahat secara maksimal karena anak kedua lagi gak enak badan. Kesayangan kami yang kedua ini sedang demam dan udah beberapa malam gak bisa tidur nyenyak, jadi saya pun ikut-ikutan begadang menemaninya sepanjang malam.
Hari Selasa saya tetap memaksakan diri masuk kantor. Rencana kegiatan saya di hari itu adalah meyelesaikan laporan perjalanan dinas yang saya lakukan ke Kendari pada hari Rabu - Jumat di minggu sebelumnya dan berencana izin gak masuk kantor keesokan harinya agar bisa beristirahat di rumah, namun saya lupa, rupanya di hari itu ada kegiatan pembagian 2000 bibit sayuran kepada masyarakat yang terdampak kenaikan BBM beberapa waktu lalu di salah satu kelurahan di Kecamatan Lakudo. Akibatnya hingga jam pulang laporan yang rencananya akan saya selesaikan hari itu gak terselesaikan juga.
Saya merasa hari itu adalah hari yang sangat panjang namun kerjaan saya gak ada yang tuntas. Rasanya sibuk banget tapi kerjaan gak beres jadi kayak gak ngelakuin apa-apa. Hmm kayak gimana yaa? agak sulit saya bahasakan, intinya saya gak puas dengan apa yang saya lakukan hari itu karena kerjaan gak ada yang selesai.
Pukul 16.00 saya pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, saya langsung mandi. Ba'da maghrib saya lanjut mengerjakan laporan di kamar sembari menemani anak kedua yang demamnya belum turun juga. Karena takut memberinya obat (disebabkan maraknya berita tentang obat sirup anak yang viral itu), saya pun mengompresnya dengan air hangat. Namun belum setengah jam membuka laptop, tubuh anak saya tiba-tiba menegang dan tatapan matanya kosong. Saat saya menyentuhnya, badannya terasa kaku. Ya, anak saya kejang!. Seketika saya panik dan langsung memanggil suami. Kami langsung membawanya ke UGD RSUD Buteng untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
cepat pulih, kesayanganku 😘 |
Alhamdulillah, anak saya ditangani dengan baik oleh dokter dan perawat yang sedang berjaga. Kejangnya perlahan berhenti. Malam itu, dokter meminta agar anak saya diopname agar bisa mendapatkan penanganan yang lebih intensif. Sayangnya saat dokter memberitahukan hal itu, kami juga diberitahu bahwa untuk saat ini, perawatan anak di rumah sakit ini belum dicover oleh BPJS alasannya karena dokter anaknya masih baru jadi beliau sedang dalam tahap pengurusan dengan pihak BPJS.
Keesokan harinya, sesaat setelah menerima kunjungan dokter di kamar anak saya, ada bunyi pesan di whatsapp saya, rupanya dari Ibu Andi, Kepala Bidang Distribusi dan Cadangan Pangan yang merupakan atasan langsung saya di kantor. Pesannya berisi kalimat perpisahan. Rupanya pagi itu beliau menjadi salah satu Pejabat Eselon III yang dilantik. Beliau dipindahkan ke kecamatan Gu sebagai Sekretaris Camat. Membaca pesan itu, hancur rasanya hati ini. Rasanya gak ikhlas melepas kepergian Ibu, atasan yang sangat baik dan penyayang itu. Yang membuat saya lebih sedih adalah karena hari itu saya gak bisa melepas kepergiannya.
Seolah rasa sedih yang saya alami belum cukup juga, malam harinya telinga ini masih harus mendengarkan berita buruk lainnya. Suami yang ikutan mendaftar sebagai kepala sekretariat panwaslu kecamatan Lakudo dinyatakan gak lolos, yang lolos justru sahabatnya sendiri. Suami menyampaikan kabar itu dengan ekspresi "biasa aja", maksudnya gak ada raut kesedihan di matanya tapi entah mengapa hati saya kok sedih banget yaa. Saya menangis di dalam hati. Entahlah mengapa saya secengeng itu, mungkinkah hal-hal kurang baik yang saya alami beberapa hari terakhir membuat hati saya serapuh ini?
Keesokan harinya, awan kelabu masih ingin berlama-lama menggelayut di atas sana. Saat pulang menjenguk anak saya, sepeda motor yang ditumpangi mama jatuh dan tergelincir. Saat mendengar berita ini dari suami, saya shock dan gak percaya soalnya baru beberapa menit sebelumnya mama pamit pulang dalam keadaan segar bugar. Syukurlah keadaan mama baik-baik aja walau memang ada beberapa luka di sekujur tubuhnya. Saya merasa bersalah banget atas kejadian ini, hiks 😭😭
pesan perpisahan yang dikirm Ibu Andi |
Mengalami kejadian buruk selama seminggu terakhir sungguh membuat saya berpikir. Apakah ini ujian yang harus saya lewati? Rasanya kok seperti gak ada jedanya yaa? Ingin saya mengeluh tapi rasanya malu pada orang-orang yang gak pernah ngeluh padahal ujiannya lebih berat. Baru dikasih ujian segini udah mengeluh. Namun kemudian saya sadar, bukankah kelapangan hati dan penerimaan terhadap cobaan bagi setiap orang itu berbeda? Gak papa kali yaa, sekali-sekali saya mengeluh dan menuliskan kesedihan saya, toh saya juga menuliskannya di blog pribadi. Hitung-hitung ini sebagai stress realese agar saya gak kelamaan memendam kesedihan.
Selain menulis, saya juga mungkin harus membangkitkan hobby yang udah lama banget saya tinggalkan yaitu membaca buku. Setelah membaca buku, saya bisa menuliskan review atau resensinya di blog. Ada banyak manfaat yang mungkin bisa saya dapatkan bila menjadi book reviewer, selain sebagai stress realese bagi diri sendiri, saya juga bisa membantu orang lain untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat dari sebuah buku yang ingin mereka ketahui.
Atau mungkin saya bisa sesekali refreshing (yang benar-benar tujuannya adalah piknik) ke tempat-tempat indah misalnya di Bali, Lombok, Raja Ampat atau daerah-daerah lainnya yang memiliki keindahan alam yang memanjakan mata? Kali aja setelah melakukan itu selain stressnya hilang, saya juga bisa jadi travel blogger yang membagikan cerita perjalanannya di blog. Who knows yaa kan?
sesaat sebelum pembagian bibit |
atasan rasa sahabat |
Malam ini, saat saya menulis ini, saya masih di rumah sakit menunggui anak kesayangan yang kondisinya masih belum stabil. Doakan semoga kondisinya segera pulih yaa. Saya menuliskan ini sebagai salah satu cara mengurai kesedihan yang wujudnya seperti benang kusut di dalam hati dan pikiran saya.
Ayoo semangat lagi, Ira! Gak papa sesekali merasa sedih, itu adalah hal yang sangat manusiawi, tapi sedihnya jangan lama-lama yaa! 😉