pic source: pixabay.com |
Beberapa saat setelah pasang KB suntik tiga bulan setahun lalu, saya merasa ada yang berubah pada tubuh saya. Saya yang sebelumnya gak pernah gemuk, tiba-tiba harus mengalami penambahan berat badan yang lumayan drastis. Sebulan setelah memakai KB suntik 3 bulan, berat badan saya naik 6 kg dari berat badan semula, dari yang awalnya 49 kg (pasca lahiran anak ketiga) naik menjadi 55 kg 😱
Mendapati berat badan segitu, saya shock banget. Bayangin aja, berat badan saya saat itu (yang sayangnya masih stabil hingga saat ini, hiks 😭) sama dengan berat badan saya saat hamil 9 bulan. Huwaaaa, hati saya gak terima. Saya denial, berusaha menolak kenyataan namun penolakan itu sia-sia belaka karena bukti kenaikan berat badan saya terpampang nyata dan gak bisa disangkal. Baju-baju yang sebelumnya longgar tiba-tiba menjadi pas di badan, dan baju yang sebelumnya pas di badan menjadi gak muat lagi. Saking banyaknya penambahan berat badan saya, rekan-rekan di kantor berpikir saya hamil lagi, ckckckck 🤦🏻♀️
Ukuran baju yang sebelumnya XS atau S, kini berubah menjadi M atau kadang L. Sedang ukuran celana yang sebelumnya 26/27 kini berubah menjadi 28/29. Sungguh, perubahan ini mulai meresahkan hati saya. Rasanya kok kayak gak ikhlas mengalami perubahan ini. Badanku duluuuu tak begini, mengapa sekarang semakin lebar dan perutku semakin buncit, huhuhu 😭
lihatlah perut buncit perempuan berbaju hitam itu 😭 |
Saya berkesimpulan bahwa penyebab berat badan saya naik adalah KB suntik 3 bulan. Maka setelah masa berlaku si KB berakhir, segera saya ganti jenis KB-nya menjadi KB susuk 3 tahun. Fyi, sebelumnya saya udah pernah pakai KB susuk ini dan berat badan saya gak naik, tetap stabil di angka 47 kg, jadi saya berharap banget setelah memasang KB susuk nanti, badan saya bakalan kembali seperti semula.
Namun rupanya harapan saya gak pernah menjadi kenyataan. Saat menimbang berat badan di puskesmas beberapa bulan lalu (saat melakukan vaksin booster), berat saya masih stagnan di 55 kg. Padahal saya udah pakai KB susuk 3 tahun. Mungkinkah penyebab naiknya berat badan saya disebabkan faktor lain? Hmmm, sepertinya begitu 🤔
Baca Juga: Akhirnya Saya Melakukan Vaksin Booster Juga
Ya, harus saya akui, sejak setahun lalu sampai saat ini nafsu makan saya memang lumayan tinggi. Saat makan, jumlah nasi dan lauk di piring lebih banyak dari yang dulu. Pun intensitas makannya juga lebih banyak, sehari bisa lebih dari tiga kali makan masih ditambah pula ngemil gorengan dan camilan manis. Plus sekarang jarang jalan kaki karena ke kantor selalu diantar naik motor. Dulu berat badan saya tetap terjaga mungkin disebabkan saya menjaga pola makan, banyak gerak dan selalu jalan kaki ke kantor.
Saya gak boleh membiarkan ini terjadi. Demi kesehatan dan tentu saja penampilan, berat badan ini harus diturunkan. Bila gak bisa balik ke 47 kg, minimal bisa balik ke angka 49 kg atau maksimal 50 kg. Memiliki berat badan berlebih benar-benar bikin gak nyaman. Tulang dan sendi jadi sering sakit.
Maka demi mewujudkan berat badan yang saya inginkan, lifestyle dan kebiasaan saya harus berubah. Bila dulu malas berolahraga, kini mulai membiasakan diri berolahraga, gak perlu langsung drastis, dimulai dari yang sederhana dulu, misal sering jalan kaki. Kemarin sore saat pulang kantor saya dan teman berjalan kaki dari jalan raya ke rumah yang jaraknya kurang lebih 500 meter. Dua hari sebelumnya, saya ke pasar juga jalan kaki, jaraknya lumayan jauh, kurang lebih 600 meter dikali dua berarti 1200 meter. Walau banyak tetangga yang heran melihat saya jalan kaki (karena biasanya selalu diantar suami naik motor), saya cuek aja.
Demi mendapatkan berat badan 47 kg, selain mulai berjalan kaki, beberapa waktu lalu, saya juga membeli tali skipping agar bisa lompat-lompat manja di rumah. Dan semalam saya baru aja check out matras yoga agar bisa mempraktekkan gerakan-gerakan workout dari video yang saya tonton di tiktok dan youtube 🤸🏻♀️
Baca Juga: Akhirnya Saya Resmi Jadi Anak Tiktok
Beberapa hari ini, intensitas makan saya kurangi jadi maksimal tiga kali sehari dengan porsi yang secukupnya aja. Ngemil makanan manis dan gorengan juga mulai saya batasi. Saya sadar, bahwa semangat untuk berubah gak akan memberikan hasil maksimal bila gak disertai dengan aksi nyata.
Semoga langkah saya untuk berubah ini gak hanya PPTA alias panas-panas t*i ayam namun akan menjadi kebiasaan atau bahkan kebutuhan yang bila kelak saya tinggalkan, akan menimbulkan penyesalan dan rasa bersalah di hati saya. Fighting, Ira! 💪
So, mohon doanya agar saya tetap istiqomah dengan pilihan yang baru saya ambil ini yaa 😊
*NB: Tinggi badan saya: 157 cm