pic source: Freepik |
Hari ini, 8 Maret 2022 diperingati sebagai hari perempuan sedunia. Bahagia banget rasanya saat mengetahui keberadaan hari perempuan sedunia ini karena itu berarti keberadaan perempuan telah diakui. Walau gak bisa dipungkiri masih banyak juga perempuan di luar sana atau bahkan di sekeliling kita yang masih terjajah entah oleh lingkungan atau oleh orang-orang yang mengaku menyayanginya.
Saya sangat bersyukur karena lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga moderat. Orang tua sangat jarang memaksa kami anak-anaknya untuk melakukan hal yang gak kami sukai. Seingat saya, hanya satu kali papa memaksa saya menuruti kehendaknya yaitu pada waktu naik kelas 3 SMA. Saat itu papa menyuruh (lebih tepatnya sedikit memaksa) saya masuk kelas IPA, padahal saya pengennya masuk IPS, alhasil nilai saya jeblok. Sejak saat itu papa gak pernah lagi memaksa saya melakukan sesuatu yang gak saya sukai.
Untuk urusan menikah dan memilih pasangan hidup, kedua orang tua saya juga sangat menghargai pilihan anak-anaknya. Saya ingat, dulu ada beberapa teman mama yang "perhatian" dan kepo banget dengan usia saya yang menurut mereka udah tua namun belum ada tanda-tanda menikah. Mereka bertanya pada mama, apakah gak ada laki-laki yang menyukai saya? Apakah mama gak takut saya akan menjadi perawan tua? Mama langsung menjawab dengan jawaban cukup menohok
Terimakasih karena udah perhatian pada anak saya. Kalian gak usah khawatir mikirin jodoh anak saya karena saya dan papanya gak pernah mempermasalahkan itu. Kalopun nanti dia gak nikah, kami masih sanggup untuk menafkahinya
Saya juga bersyukur karena bertemu dan menikah dengan lelaki yang mendukung apapun cita-cita saya. Lelaki yang gak membatasi ruang gerak saya dan mau turun tangan (bahkan lebih lihai) mengurus anak dan kerjaan rumah tangga lainnya. Lelaki yang membebaskan saya melakukan apapun yang saya sukai. Lelaki yang bahunya selalu siap sedia menjadi tempat saya bersandar saat menghadapi masalah. Lelaki yang tetap membiarkan saya menjadi seorang "Irawati Hamid" walau udah menjadi istri dan ibu anak-anaknya.
Tapi, bukankah memang sudah seharusnya perempuan hidup seperti itu? Ohh tidak Esmeralda! Di negeri +62 ini banyak hal yang mesti ditanggung perempuan! Setelah menikah, perempuan dituntut harus patuh pada semua perkataan suami karena itu adalah kewajiban utamanya sekaligus sebagai tiket menuju surga. Se-nyeleneh apapun "titah" suami, wajib hukumnya diikuti. Perempuan gak boleh menolak karena akan membuatnya masuk neraka. Bahkan ada seseustadzah yang melarang istri melaporkan suaminya yang melakukan KDRT karena itu dianggap membongkar aib suami. Ustadzah loh ini yang ngomong, yang notabene adalah seorang perempuan yang seharusnya bisa lebih peka dan memahami perasaan perempuan lain, ckckck 😫🤦♀️.
Ketika udah menikah, gak sedikit perempuan Indonesia berpikir bahwa suami adalah sosok yang harus dimuliakan seberapa b*jingan pun sifatnya. Saking diagung-agungkannya posisi suami sampai kadang mengaburkan semua kesalahan yang diperbuatnya. Perempuan diminta untuk selalu bersabar plus memaklumi dan menerima kondisi suaminya karena katanya surga perempuan ada di suami mereka.
Bila ia dan suami sama-sama bekerja, sepulang kantor ia masih harus bekerja ekstra mengurusi kebutuhan suami dan anak-anaknya karena berpikir bahwa mengurus anak itu tugas istri semata, sementara suami udah bisa istirahat sambil main hape karena tugas suami hanyalah mencari uang. Doooh tepok jidat deh. Gak heran banyak wanita yang saat single bahagia namun setelah menikah jadi depresi karena beban yang ditanggungnya udah di luar kapasitasnya.
Hai Ladies, bangun yuk! Bila merasakan ketidakadilan, segeralah bertindak, minimal bersuaralah. Jangan diam aja. Jangan mau bertahan dalam penderitaan karena hidup ini terlalu lama untuk dihabiskan dengan perasaan menderita. Yuk, cari kebahagiaan kita dengan melepaskan hal-hal yang membuat kita menderita. Kita bisa kok meraih surga di akhirat nanti tanpa harus merasakan neraka dunia.
Sebagai manusia merdeka, perempuan punya hak yang sama dengan lelaki. Bila lelaki ingin bahagia, perempuan juga sama. Kita jangan mau diatur-atur, terlebih untuk hal yang berhubungan dengan masa depan, salah satu contohnya adalah jodoh. Kalo memang belum nemu laki-laki yang cocok, jangan paksakan diri menikah hanya karena tekanan sosial dan mulut usil orang sekitar, karena saat kita salah memilih jodoh, kitalah yang merasakan akibatnya. Mereka mah mana peduli dengan perasaan kita, yang ada akan tetap mencari celah untuk selalu membicarakan kita.
Baca Juga: Nasehat buat adik-adik perempuan yang belum bertemu jodohnya
Perempuan dan laki-laki punya hak yang sama dalam memilih pasangan. Seperti halnya lelaki yang menetapkan standar tinggi dalam mencari calon istri, perempuan juga sama. Ia berhak menetapkan kriteria pria idamannya dan orang lain gak punya hak untuk protes.
Bahkan setelah menikah pun perempuan tetaplah sosok mandiri yang gak boleh dikekang kebebasannya. Ia memang seorang istri dari suami yang menikahinya, ibu dari anak-anak yang dilahirkannya namun ia tetaplah sosok mandiri yang butuh eksistensi. Ia tetaplah sosok yang butuh aktualisasi diri. Inilah alasannya mengapa saya tetap menggunakan nama Irawati Hamid di semua medsos saya, bukan Mom ..., Bundanya ..., Mamanya ..., Ummi ..., atau Irawati blablabla (nama suami), selain untuk branding, juga ingin menegaskan pada semua orang bahwa walau saat ini saya udah nikah, saya tetaplah seorang pribadi yang memiliki goals untuk diri sendiri yang gak ada hubungannya dengan anak dan suami.
Di momen hari perempuan ini, saya ingin mengajak perempuan di luar sana untuk tahu bahwa mereka:
💋 Punya kendali penuh atas dirinya sendiri
💋 Punya hak memilih pasangan sesuai standar pribadinya
💋 Punya hak bahagia
💋 Telat menikah itu bukan aib
💋 Walau udah nikah dan punya anak, mereka tetaplah seorang pribadi yang butuh eksistensi
So, Selamat Hari Perempuan Sedunia, semoga seiring perkembangan zaman dan semakin majunya teknologi semakin berkurang juga diskriminasi dan kriminalisasi pada perempuan. Bahagia selalu para perempuan, di mana pun berada. Ingatlah, kita adalah makhluk berharga yang gak pantas dikasari oleh siapapun.